Senin, 10 Januari 2022

Membendung Radikalisme di Kalangan Milenial

Secara etimologi, radikalisme berasa dari istilah radikal. Kata radikal berasal dari bahasa Latin, radix atau radici. Radix dalam bahasa Latin berarti 'akar'. Istilah radikal mengacu pada hal-hal mendasar, prinsip-prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial atas bermacam gejala.

Dalam konsep sosial politik, radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian, dan penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat sampai ke akarnya.

Menurut Cambridge Dictionary, radikal adalah percaya atau mengekspresikan keyakinan bahwa harus ada perubahan sosial atau politik yang besar atau secara ekstrem. Oxford Dictionary juga memahami ‘radikal’ sebagai orang yang mendukung suatu perubahan politik atau perubahan sosial secara menyeluruh.

Merriam Webster mengartikan radikal sebagai opini atau perilaku orang yang menyukai perubahan ekstrem, khususnya dalam pemerintahan atau politik.

Sementara menurut KBBI, radikalisme memiliki tiga arti. Pertama, radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal dalam politik, kedua, radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, dan ketiga, radikalisme adalah sikap ekstrem dalam aliran politik.

Menurut Indonesia.go.id, istilah radikal bisa bermakna positif atau negatif tergantung pada konteks ruang dan waktu sebagai latar belakang penggunaan istilah tersebut.

Radikalisme mengacu pada doktrin politik yang dianut oleh gerakan sosial-politik yang mendukung kebebasan individu dan kolektif, dan emansipasi dari kekuasaan rezim otoriter dan masyarakat yang terstruktur secara hierarkis.

Ia menambahkan bahwa poin utama yang harus dilawan perempuan adalah kemunculan stigma untuk tetap di rumah tanpa mengikuti kegiatan di luar. Hal ini menjadi isu penting yang sering kali terjadi kepada istri dan anak-anak para pelaku tindakan ekstremis. Individu dan organisasi non-pemerintahan berperan penting untuk membantu kesulitan yang dihadapi keluarga narapidana dan membantu anak-anak mereka terlepas dari doktrin radikalisme. 

Dwi mengatakan bahwa AMAN Indonesia mencoba melawan stigma ini melalui program gerakan Stepout. Gerakan ini melawan stigma bahwa setiap perempuan harus terus berada di rumah seperti dialami para istri yang suaminya dipenjara lantaran terlibat tindak pidana terorisme. Novi mendampingi para istri napi teroris tersebut melalui gerakan menanam cabai dan sayuran yang kemudian dibagikan untuk menyambung hidup mereka. Gerakan ini mampu membantu para istri tersebut keluar kesulitan ekonomi.

Sedangkan, para perempuan menggambar hijab untuk mengikuti jejak ibu mereka yang terkekang dengan aktivitas rumahan. Seiring waktu, ruang literasi yang dibangun Novi mampu merubah anak-anak tersebut yang terlihat dari beragamnya aktivitas di ruang literasi seperti menyanyi, menari dan beragam aktivitas di luar ruangan lainnya. (AP/ESP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar anda disini